Wednesday, January 22, 2014

12:56 AM
Kalimat diatas merupakan judul sebuah buku yang telah dibedah oleh saudara Mansur (Ketua Angkatan 2012 Tekpert), melihat judul diatas memang sangat menarik, mungkin ini yang menjadi salah satu alasan sehingga beliau memilih buku ini untuk dibedah. Dari hasil diskusi dengan pembedah dapat ditarik benang merah bahwa buku ini disusun oleh 5 pemudah yang memiliki jiwa revolusioner mereka antara lain adalah Muchniar Az, Syamsu Alam, Takim Mustakim, Bahrul Asmal, Asran Salam. Buah pikiran yang mereka sampaikan dalam bentuk tulisan, bukanlah sebuah hal yang tiba-tiba hadir begitu saja tanpa perjuangan melainkan hadir dari sosok yang dulunya setia mengabdikan dirinya diorganisasi kemahasiswaan, baik itu intra maupan ekstra.

Para penulis berangkat dari ketakutan-ketakukan dan keresahan yang sama dalam melihat bangsa ini, melihat dunia ini. Para penulis ini mencoba melihat bangsa dan dunia ini dari sudut yang berbeda namun menghasilkan potret yang sama, yaitu potret dunia yang retak. Dari pandangan inilah kemudian mereka sepakat untuk mengumpulkan tulisan-tulisan mereka menjadi sebuah buku yang sederhana tapi memuat ide-ide dan refleksi kritis anak muda saat ini tentang dunia dan kehidupan. Inti dari buku ini memuat 4 aspek yaitu, Filsafat dan Agama, Pendidikan dan Politik, Sosial dan Ekonomi, Budaya dan Perempuan. Menurut penulis hal diatas merupakan beberapa jejak-jejak dunia yang sampai saat masih terasa dan masih berlangsung serta nantinya akan membuat jejak baru.
Penulis mencoba mengangkat permasalahan-permasalahan dalam empat aspek diatas. Salah satu kata-kata dibuku itu “Zaman sekarang adalah zaman yang hiruk-pikuk, penuh dengan hasrat, kehendak, dan rasionalitas yang mencapai batas yang tak jelas.” Menurut hemat saya maksud dari kalimat diatas yaitu bahwa seiring dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan yang sangat pesat,  pola konsumerisme mansyarakat yang kian menjadi-jadi, penindasan negara-negara ke-3 oleh Negara adikuasa, agama dijadikan sebagai komoditi, filsafat yang dulunya mengharumkan peradaban yunani yang mulai dilupakan. Seakan-akan tidak ada lagi perbedaan antara keinginan dengan kebutuhan.
Saat ini modernitas haus akan harta dan lapar akan kekuasaan yang kadang menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasrat-hasratnya. Sementara kita mengidam-idamkan masyarakat yang tercerahkan yang nantinya akan melahirkan kedamaian, keadilan yang juga merupakan cita-cita bangsa yang sampai saat ini belum terwujud. Satu lagi persoalan yang menimpa bangsa ini, budaya impor yang tak pernah usai, jika kita mampu memproduksi beras kenapa harus impor? Jika kita mampu memproduksi jagung, kedelai, garam, kenapa harus beli lagi dari luar? Tidak masalah impor jika tidak berlebihan, tidak masalah impor jika itu memang harus. tapi kalau garam saja impor yang nota bene pantai kita pantai terpanjang kedua didunia setelah kanada, apalagi produk yang lain. Kesannya kita akan menjadi Negara yang lemah, negara yang tidak bisa membuat apa-apa. Negara yang akan terus bergantung pada Negara lain dan ujungnya kita akan menjadi Negara boneka bagi Negara adikuasa.
Jejak selanjutnya yaitu mengenai sosial dan ekonomi, kondisi pada aspek sosial dan ekonomi juga sudah sangat retak, faktanya terlihat dimana-mana, mulai dari susunan gedung-gedung tinggi yang mengapit kawasan kumuh, konflik-konflik yang terjadi dibeberapa daerah, keluarga yang rela memutuskan tali persaudaraan hanya karena persoalan sepetak sawah/ sebidang tanah. Kharun-kharun era modern yang suka menimbun harta dan wanita mulai bermunculan. Akar-akar kapitalisme sudah menjalar sampai kedaerah bahkan didesa-desa.
Tulisan dalam buku ini sebenarnya bersifat provokatif yang mencoba menyampaikan brain storming dari jejak-jejak dunia ini yang telah mengalami keretakan parah. Dan saya menganggap arah provokatif dari buku ini bukanlah kearah yang akan membuat keretakan ini menjadi parah, melainkan berusaha untuk menambal keretakan yang sudah ada dan mencegah terjadinya keretakan baru. Rekaman jejak-jejak dalam buku ini sering kita sepelekan dan anggap lumrah namun sebenarnya hal tersebut bukanlah hal yang biasa-biasa saja melainkan memiliki dampak yang sangat hebat. Bagi orang-orang yang sadar bahwa keadaan saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja maka diwajibkan untuk melakukan apa-apa yang bisa mengurangi keretakan atau minimal tidak menambah keretakan pada jejak dunia.

Bidang Keilmuan dan Keorganisasian
Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian
Universitas Hasanuddin

0 comments: