Kalimat diatas merupakan judul sebuah buku yang telah dibedah oleh
saudara Mansur (Ketua Angkatan 2012 Tekpert), melihat judul diatas
memang sangat menarik, mungkin ini yang menjadi salah satu alasan
sehingga beliau memilih buku ini untuk dibedah. Dari hasil diskusi
dengan pembedah dapat
ditarik benang merah bahwa buku ini disusun oleh 5 pemudah yang
memiliki jiwa revolusioner mereka antara lain adalah Muchniar Az, Syamsu
Alam, Takim Mustakim, Bahrul Asmal, Asran Salam. Buah pikiran yang
mereka sampaikan dalam bentuk tulisan, bukanlah sebuah hal yang
tiba-tiba hadir begitu saja tanpa perjuangan melainkan hadir dari sosok
yang dulunya setia mengabdikan dirinya diorganisasi kemahasiswaan, baik
itu intra maupan ekstra.
Para penulis berangkat dari ketakutan-ketakukan dan keresahan yang
sama dalam melihat bangsa ini, melihat dunia ini. Para penulis ini
mencoba melihat bangsa dan dunia ini dari sudut yang berbeda namun
menghasilkan potret yang sama, yaitu potret dunia yang retak. Dari
pandangan inilah kemudian mereka sepakat untuk mengumpulkan
tulisan-tulisan mereka menjadi sebuah buku yang sederhana tapi memuat
ide-ide dan refleksi kritis anak muda saat ini tentang dunia dan
kehidupan. Inti dari buku ini memuat 4 aspek yaitu, Filsafat dan Agama,
Pendidikan dan Politik, Sosial dan Ekonomi, Budaya dan Perempuan.
Menurut penulis hal diatas merupakan beberapa jejak-jejak dunia yang
sampai saat masih terasa dan masih berlangsung serta nantinya akan
membuat jejak baru.
Penulis mencoba mengangkat permasalahan-permasalahan dalam empat aspek diatas. Salah satu kata-kata dibuku itu “Zaman
sekarang adalah zaman yang hiruk-pikuk, penuh dengan hasrat, kehendak,
dan rasionalitas yang mencapai batas yang tak jelas.” Menurut hemat
saya maksud dari kalimat diatas yaitu bahwa seiring dengan perkembangan
teknologi dan pengetahuan yang sangat pesat, pola konsumerisme
mansyarakat yang kian menjadi-jadi, penindasan negara-negara ke-3 oleh
Negara adikuasa, agama dijadikan sebagai komoditi, filsafat yang dulunya
mengharumkan peradaban yunani yang mulai dilupakan. Seakan-akan tidak
ada lagi perbedaan antara keinginan dengan kebutuhan.
Saat ini modernitas haus akan harta dan lapar akan kekuasaan yang
kadang menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasrat-hasratnya.
Sementara kita mengidam-idamkan masyarakat yang tercerahkan yang
nantinya akan melahirkan kedamaian, keadilan yang juga merupakan
cita-cita bangsa yang sampai saat ini belum terwujud. Satu lagi
persoalan yang menimpa bangsa ini, budaya impor yang tak pernah usai,
jika kita mampu memproduksi beras kenapa harus impor? Jika kita mampu
memproduksi jagung, kedelai, garam, kenapa harus beli lagi dari luar?
Tidak masalah impor jika tidak berlebihan, tidak masalah impor jika itu
memang harus. tapi kalau garam saja impor yang nota bene pantai kita
pantai terpanjang kedua didunia setelah kanada, apalagi produk yang
lain. Kesannya kita akan menjadi Negara yang lemah, negara yang tidak
bisa membuat apa-apa. Negara yang akan terus bergantung pada Negara lain
dan ujungnya kita akan menjadi Negara boneka bagi Negara adikuasa.
Jejak selanjutnya yaitu mengenai sosial dan ekonomi, kondisi pada
aspek sosial dan ekonomi juga sudah sangat retak, faktanya terlihat
dimana-mana, mulai dari susunan gedung-gedung tinggi yang mengapit
kawasan kumuh, konflik-konflik yang terjadi dibeberapa daerah, keluarga
yang rela memutuskan tali persaudaraan hanya karena persoalan sepetak
sawah/ sebidang tanah. Kharun-kharun era modern yang suka menimbun harta
dan wanita mulai bermunculan. Akar-akar kapitalisme sudah menjalar
sampai kedaerah bahkan didesa-desa.
Tulisan dalam buku ini sebenarnya bersifat
provokatif yang mencoba menyampaikan brain storming dari jejak-jejak
dunia ini yang telah mengalami keretakan parah. Dan saya menganggap arah
provokatif dari buku ini bukanlah kearah yang akan membuat keretakan
ini menjadi parah, melainkan berusaha untuk menambal keretakan yang
sudah ada dan mencegah terjadinya keretakan baru. Rekaman jejak-jejak
dalam buku ini sering kita sepelekan dan anggap lumrah namun sebenarnya
hal tersebut bukanlah hal yang biasa-biasa saja melainkan memiliki
dampak yang sangat hebat. Bagi orang-orang yang sadar bahwa keadaan saat
ini tidak dalam keadaan baik-baik saja maka diwajibkan untuk melakukan
apa-apa yang bisa mengurangi keretakan atau minimal tidak menambah
keretakan pada jejak dunia.
Bidang Keilmuan dan
Keorganisasian
Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian
Universitas
Hasanuddin
0 comments:
Post a Comment