Friday, June 3, 2016

9:55 PM
Sekitar 6 bulan lalu dipojok sebuah warkop dengan desain sederhana namun tidak pernah sepi oleh pengunjung duduklah 5 orang mahasiswa yang sedang asik berdiskusi (aku sangat yakin mereka semua mahasiswa karena salah satu dari mereka adalah aku). Salah satu diskusi kami mengantarkan aku mengenal salah satu website yang cukup populer saat ini, mulai dari masyarakat kelas pemberontak, kelas menengah ngehek  sampai dengan masyarakat kelas galau (fans fanatic Raditya Dika) pasti mengenal website itu dan website itu sampai saat anda membaca tulisan ini membuat aku seakan kecanduan zat kimia adiktif yang membuat aku merasa harus mengunjungi website tersebut minimal sekali sehari. Kepada seluruh interneter sejagat maya, yang belum terinfeksi virus yang disebarkan oleh website ini aku sarankan mending urungkan niat kalian untuk mengunjunginya. Aku tidak mau ada lagi korban selanjutnya setelah aku.

Belakangan aku tau, selama ini odo-odoku (gebetan dalam bahasa Makassar)juga ternyata pengunjung setia situs ini. Sampai suatu saat aku memutuskan untuk mengirim tulisan kesitus tersebut, siapa yang tidak merasa bangga coba tulisannya terpampang diberanda situs media online yang konon katanya nomor wahid sejagat dan hal itu dibenarkan oleh kakanda terhormat Phutut EA (nassami napayoi, kah dia kepala sukuna Mojok.co/yah jelas dibenarkan, dia kan kepala suku mojok.co, mana mungkin dia jelek-jelekkan coba, mikirrr.!!!!). Ditambah lagi ketika tulisanku dibaca sama odo-odoku, maka akan bertambahlah peluangku untuk keluar sebagai pemenang hatinya si doy.
Dengan kesiapan 86, optimisme 45 dan dalam tempo yang lumayan singkat, akhirnya selesai juga tulisan itu dan siap didaratkan kesitus mojok. Dengan mengucap bismillah dan hamdalah maka aku kirimlah tulisanku keMOJOK, ditambah dengan sedikit bumbu2 bahasa maggolla (bahasa yang sedikit menjilat, tapi sedikit ji) kepada para pejabat mojok.

Aku sangat yakin kualitas tulisan mulai dari pemilihan kata sampai pada penggunaan tanda baca dibuku Cinta Tak Pernah Tepat Waktunya Phutut EA masih kalah dibanding tulisan yang aku daratkan dimojok, apa lagi Diplomat Kenangannnya Agus Mulyadi, lewattt.
Oke, sekarang kita beralih keodo-odoku, sebut saja dia Becce.

Ceritanya begini: kesibukan kampus hari itu cukup melelahkan bagi becce, selain karena jadwal kuliah yang full ditambah lagi harus meluangkan waktu untuk lembaganya yang katanya akan melakukan perhelatan akbar akhir bulan depan, sebelum kembali kerahmatullah ke-kost-annya. Setelah tiba di-kost-an, hari sudah begitu sore, sambil menunggu Adzan magrib, seperti biasa dia pasti berselancar didunia maya, dan mojok adalah situs wajib yang harus ia kunjungi. Setelah beberapa artikel terbaru dia selesai baca maka tibalah ia pada sebuah artikel dengan judul “**********” dan benar dugaan aku Becce merasa penasaran dengan judul tersebut, dan alangkah kagetnya lagi setelah kata demi kata dia baca, dia merasa kalau isi artikel itu sangat mirip dengan kisahnya bersama seorang lelaki yang hampir tiap hari membuatnya merasa jenuh, karena harus membalas bbm yang tidak terlalu dia harapkan. Tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya ketika pandangan tertuju pada nama penulis artikel tersebut,padahal selama ini kalau dia membaca artikel dimojok dia tidak peduli siapa penulisnya, yang membuat jantungnya berdetak kencang karena nama penulisnya ternyata adalah Orang yang selama ini setia menambah kejenuhannya hampir tiap hari. Secepat kilat dia melepas laptopnya dan mengambil Hp kemudian mengirimkan aku mesej. “Aku Minta Maaf karena selama ini aku tidak menyadari apa yang telah engkau berikan kepadaku, terima kasih atas segalanya”

Satu minggu lebih telah berlalu, artikel yang aku kirim tidak muncul-muncul diberanda mojok, membuat harapan ku untuk menscenariokan kisah cintaku menjadi kisah cinta yang paling romantic sejagat mulai pupus. Mulai saat itu aku merasa jengkel kepada mojok. Aku merasa kecewa. Ada apa dengan mojok?

Bukan karena tulisanku tidak dimuat dimojok yang membuatku jengkel, tapi lebih dari itu. Aku baru menyadari kalau mojok tidak lebih baik dibanding Rangga yang sinis, rese, sok serius dan brengsek itu berjanji akan kembali dalam satu purnama, tapi justru tiba-tiba muncul setelah ratusan purnama tanpa rasa bersalah lagi (sama-sama PHP) Cuma bedanya rangga PHPnya sama cinta, kalau mojok PHPnya sama aku. Pasti mojok akan berdalih, php apa coba, mojok tidak pernah berjanji kepada cinta apalagi sama kamu. Kewajiban untuk mengirim no. rekening bagi kontributor baru mojok yang katanya agar honor bisa segera dikirimkan ketika karyanya telah diterbitkan justru bagi aku itu adalah sebuah kepastian yang melebihi segala jenis janji bahkan melebihi janji suci yang disaksikan oleh penghulu. Kurang pasti apa coba, bahasanya jelass wajib bukan sunnah.

Coba bayangkan jika seandainya yang berada diposisi aku adalah Agus Mulyadi, yang sampai sekarang masa depannya untuk merajut rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah masih menjadi tanda Tanya besar, aku yakin dia pasti akan mengakhiri hidupnya secara mengenaskan.
Jika ditinjau dari perspektif materialism dialektis Karl Marx, aku mencoba membagi dua jenis kaum penulis, pertama penulis kelas borjuis baru yang direpresentasikan oleh Phutut Ea, Agus Mulyadi, Aan Mansyur, Arman Dhani, Edward S Kennedy, dan para ngehek-ngeheknya, yang kedua kelas penulis proletar yang menulis murni karena dorongan alamiahnya tanpa ada faktor-faktor pragmatis dari luar, tapi tidak memiliki panggung di dunia kepenulisan. Mojok katanya sebagai media alternative yang muncul ditengah menurunnya citra media mainstream hari ini karena dianggap terlalu subjektif dalam menyajikan informasi kepada public layaknya oase ditengah padang pasir yang gersang bagi para interneter yang sudah gerah dengan pemberitaan media mainstream hari ini. Mereka seakan menemukan kembali gairahnya. Aku melihat justru berbeda,karena peran media-media alternative seperti mojok,  nama-nama penulis kelas borjuis baru terus terorbit bahkan sampai menyalib penulis kelas borjuis lama, sebut saja Aan mansyur yang puisi-puisinya menjadi icon di film AADC2 , ini membuktikan bahwa penulis sekaliber Tere Liye, De Lestari, Pidi Baiq lewattt (kapanki menikah kakak.???). Disisi lain penulis kelas proletariat yang memang dari sononya tidak memiliki panggung semakin tenggelam dengan harapan-harapanya, padahal harapannya sederhana, semua karena CINTA. Penulis kelas borjuis baru semakin meroket dan penulis kelas proletar semakin galau. Itu bukan salah gue, bukan salah temen-temen gue tapi salah khilafah MOJOK.

Mulai saat itu aku mengutuk situs mojok, tapi aku juga sadar siapa aku dimata mojok, yang punya hak mengutuk kan orang tua, itupun hanya kutukan ibu si maling kundang yang berhasil, kutukan ibu-ibu lain kepada anaknya belum ada yang terbukti, ditambah lagi aku bukan ibunya mojok. Daripada mengutuk mending aku fatwakan saja kepada para interneter bahwa haram hukumnya mengunjungi situs tersebut, karena mojok alih-alih memperjuangkan hak kaum tertindas justru malah dia adalah momok penindas baru bagi para pecinta kelas menengah kebawa yang berusaha mengaktualkan romantisme kisah cintanya lewat tulisan. Tapi lagi-lagi apa daya, aku bukanlah lembaga yang punya legitimasi untuk mengeluarkan fatwa, seperti lembaga-lembaga yang berhak menentukan halal haramnya jilbab, kafir tidaknya kelompok tertentu.

Akhirnya hasil perenungan membuat aku sampai pada kesimpulan bahwa diriku telah menambah deretan nama-nama kaum skeptic yang memasrahkan semua realitas menguasai dirinya, yang berharap kisahnya seperti kisah cinta yang meskipun diphp oleh rangga selama ratusan purnama tetapi diakhir kisahnya keberuntungan berpihak kepadanya karena pertemukan dengan konglomerat kaya.

Aku benci mojok itu saja.!!!

0 comments: