Cinta yang Agung Adalah
ketika kamu menitikkan air mata
dan masih peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu masih bisa tersenyum
sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu..
Apabila cinta tidak berhasil
…Bebaskan dirimu…
Biarkan hatimu kembali
melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas
lagi..
Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
Tapi..ketika cinta itu mati..
kamu tidak perlu mati
bersamanya
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang..MELAINKAN mereka yang
tetap tegar ketika
mereka jatuh.
Jika mengira puisi
diatas adalah karyaku, kalau sebelumnya kamu tak pernah berbuat salah, berarti
ini adalah kesalahnmu yang pertama. Puisi tersebut adalah puisi karya sastrawan
legendaris asal Lebanon yang bernama Kahlil Gibran. Jika kamu tak mengenal nama
tersebut sebaiknya berhenti melanjutkan membaca tulisan ini, silahkan cari tau
dulu siapa sosok tersebut. Untuk kamu yang tidak mengenal Kahlil Gibran, jika
kamu sering membaca quotes-quotes disosmed atau bahkan juga ikutan posting, aku
yakin kutipan-kutipan yang diambil dari karyanya pernah kamu baca, hanya saja
kamu mungkin tidak pernah menyadari.
Percaya atau tidak
puisi tersebut sedikit banyak mengubah cara pandangku tentang relationship antara dua insan karena ikatan
emosional, (aku tidak berani mengatakan cinta karena aku memiliki pemaknaan sendiri
tentang cinta yang jauh lebih kompleks dari apa yang digambarkan oleh Kahlil
Gibran di puisi-puisinya.) Mulanya aku menganggap puisi tersebut hanyalah
bualan belaka dari buah tangan dingin seorang Sastrawan legendaris. Disaat kamu
menaruh hati terhadap seseorang, bagaimana mungkin ketika menitikkan air mata
karena perbuatannya dan dirimu bisa masih peduli terhadapnya. Apakah engkau
sanggup ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih bersedia menunggunya
dengan setia. Setegar itu kah hati ini ketika dia mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku turut berbahagia untukmu.
Ternyata aku salah
memaknai puisi tersebut. Setelah aku merenungi kisah hidupku aku menyadari satu
hal, aku belum sepenuhnya merasakan apa yang digambarkan pada puisi Kahlil
Gibran, perasaanku belum se-AGUNG perasaan cinta yang dijabarkan oleh Kahlil
Gibran. Hatiku masih ternodai dengan banyak hal-hal patamorganis,
fantasi-fantasi romantik yang digambarkan oleh film-film drama yang begitu
gampangnya diakses. Saat ini aku mulai belajar menerima kenyataan hidup, bahwa
narasi Tuhan jauh lebih kompleks dari narasi sutradara terbaik manapun. Plot
twist kehidupan adalah plot twist yang tidak akan pernah terduga oleh akal
genius manapun.
Sejak saat itu aku
mulai menghapus kata menyesal dalam kamus kehidupanku, karena sebenarnya
peristiwa yang aku alami saat ini merupakan buah pilihan yang telah aku
putuskan dimasa lalu, aku sadari atau tidak, jadi intinya tidak ada yang perlu
disesali, karena semuanya telah terjadi, tinggal jadikan pelajaran apa yang
telah menjadi kesalahan dimasalalu. Terlepas dari semua hal tersebut ada satu
hal yang aku yakini, aku meyakini bahwa untuk membuat seseorang jatuh cinta
hanya membutuhkan satu momen, hanya satu momen sederhana, meskipun kita tidak
akan pernah tahu momen yang mana bisa membuatnya tersentuh diantara ribuan
momen yang kita jalani bersama, karena cinta kadang datang dengan cara yang
tidak pernah kita duga. Karena keyakinan itu aku akan setia merangkai momen
demi momen hingga suatu saat energi ku sudah habis untuk semua hal tersebut.
Ketika energiku sudah habis mungkin disaat itu aku harus mengatakan aku
menyerah jika aku tidak berhasil menghadirkan momen sederhana itu.
Dari dulu aku memang sudah menyukai puisi, sebab puisi begitu berperasaan, tak pernah berkata dusta, tak pernah memperdebatkan antara benar dan salah, pembacanya bebas memberikan makna sesuai kadar pemahamannya masing-masing. Sejauh ini hanya satu puisi yang tidak aku suka, puisi yang aku gubah sendiri, entah kenapa aku begitu suka dengan puisi tapi disaat aku yang menuliskannya sendiri aku tidak pernah punya nyali untuk mengakui kalau puisi itu memiliki sisi keindahannya tersendiri. Seperti aku juga tidak pernah punya nyali untuk mengakui kalau sebenarnya aku itu lemah, aku tidaklah setegar apa yang kamu lihat. Terkadang aku merasa kalau aku ini sosok yang tega bahkan jahat. Aku bisa menunjukkan kelemahanmu, kesedihanmu, kekalutanmu, dan membuatmu yakin kalau sebenarnya masalah itu hanyalah masalah sederhana, mendengar penjelasan itu, aku bisa melihatmu tersenyum (senyum itu sungguh manis, rasanya aku tak ingin berpaling darinya, senyum yang membuat fikiranku harus terhenti beberapa detik dan kemudian tersadar kembali bahwa senyum itu begitu jauh dariku), namun dibalik senyum itu aku juga bisa melihat penderitaan yang begitu dalam, dan aku juga menyadari derita itu sangat jauh melebihi senyuman itu untuk bisa aku sentuh. Karena hal tersebut, dimatamu aku mungkin sosok yang tangguh, sosok yang tegar, tapi sebenarnya aku juga adalah sosok yang lemah melebihi apa yang bisa aku gambarkan kepadamu. Aku menyimpan rapi derita yang kualami didasar hatiku. Ternyata melawan derita tidak cukup hanya dengan motivasi, dengan kata-kata bijak, kita harus benar-benar menyelaminya dan menghadapinya, tapi itu tak bisa aku lakukan untukmu. Karena aku sebenarnya sangat lemah, bahkan untuk menghadapi deritaku sendiri.
----Maafkan Aku----
Makassar, 04 Juli 2020
0 comments:
Post a Comment