Friday, June 13, 2014

1:00 PM


Ilustrasi
Malam ini tepatnya tanggal 13 Juni 2014 katanya adalah malam ditutupnya buku amalan kita selama satu tahun, yang kaum muslim sering mengatakannya dengan istilah nisfu Sya’ban. Ada juga anggapan malam ini bertepatan dengan lahirnya pemimpin akhir zaman yang akan menegakkan kebenaran dan keadilan dimuka bumi, Al-Mahdi Al-Muntazar atau lebih dikenal dengan sebutan Imam Mahdi, beberapa riwayat juga mengatakan bahwa malam ini malam dipindahkannya kiblat muslim dari baitul maqdis ke Masjidil Haram.
Dan bagi sebagian ulama menganggap bahwa malam nisfu Sya’ban adalah salah satu malam mulia setelah malam lailatul qadar, jadi dimalam ini kaum muslim dianjurkan untuk melakukan amalan-amalan karena pahalanya akan dilipat gandakan dibanding malam-malam biasanya. Namun malam ini yang seharusnya memperbanyak amalan justru banyak penomena menarik yang saya temukan, diantara ada yang menghabiskan malamnya dengan kebiasaan-kebiasaan yang sama dengan malam-malam sebelumnya, ada yang sibuk berdebat mengenai peta politik antara prabowo dan jokowi (maklum sekarang musim kampanye pilpres). Ada yang menghabiskan malamnya dengan menonton film yang dianggapnya film penomenal, judul filmnya Rayya Cahaya diatas Cahaya (itu saya). Ada yang menyibukkan malamnya dengan broadcast dibbm dengan dalih mengingatkan kalau malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, sambil mengutip hadist yang mengatakan bahwa “barang siapa yang mengingatkan kedatangan bulan ini, HARAM API NERAKA baginya” (seharusnya cantumkan perawinya).
Ketika membaca pesan tersebut orang-orang yang memiliki pemikiran agak nakal bisa saja beranggapan bahwa sungguh mudah kalau kita ingin masuk surga, hanya mengingatkan kalau malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, api neraka haram bagi kita, negasinya masuk surga, kalau misalnya kita telah mengingatkan kedatangan bulan ini berarti api neraka telah diharam bagi kita, tapi setelah kita mengingatkan dan kembali lagi bermaksiat-maksiatan apakah api neraka masih haram bagi kita? Kalaupun masih haram berarti sungguh gampang kalau kita mau masuk surga, tapi kalaupun tidak artinya tidak ada jaminan kalau mengingatkan kedatangan bulan ini api neraka diharamkan bagi kita. Apalagi kalau yang berusaha menafsirkan hadist ini adalah orang awam seperti saya, saya juga pasti akan beranggapan demikian. Untungnya zaman kita berada pada zaman kebebasan, zaman yang tidak lagi mengekang daya nalar dan pikiran manusia, zaman yang diperjuangkan oleh Galileo sampai Rene Descartes dan kawan-kawan, seandainya tidak saya pasti sudah dilabeli kafir oleh segelintir orang yang makna kafir itu sendiri belum tentu mereka pahami hakikatnya. Terserah penilaian orang lain terhadap saya, tapi intinya saya seorang Muslim, meskipun bukan muslim yang alim, hanya orang yang berusaha taat kepada Sang Penciptanya. Saya teringat kata-kata seorang pemeran film yang barusan saya nonton RAYYA yang bernama Arya/Tio Pakusadewo “orang yang hebat agamanya adalah orang yang mampu menyembunyikan alimnya.” Tapi kayaknya saya masih tidak termasuk orang yang dimaksud oleh Arya.
Saya tidak sedang mempermasalahkan sahihnya hadist tersebut, mungkin saja penafsiran hadist tersebut bukan seperti apa yang mampu ditangkap oleh orang yang memiliki kedangkalan pengetahuan seperti saya. Jadi saya hanya ingin menyampaikan bahwa hadist hadir bukan untuk berusaha membenar-benarkan apalagi menggampang-gampangkan amalan-amalan dengan menukil hadist. Karena bisa jadi maksud hadist tersebut tidak seperti apa yang mampu ditangkap oleh orang-orang yang membacanya. Jika kita menyampaikan sesuatu hal yang menurut kita adalah hal yang baik namun justru membuat orang jauh dari kebenaran sama halnya dengan berdosa, apalagi dengan menukil hadist yang tidak kita pahami esensinya, maka yang terjadi adalah dosa social yang akan membudaya.

                                                                                                                             Makassar, 13 Juni 2014

0 comments: