Dermaga Lakkang |
Metropolitan
merupakan kata yang menurutku patut untuk disematkan kepada kota Makassar.
Kenapa tidak kota ini merupakan kota tersibuk dikawasan timur Indonesia. Kota
ini merupakan sentral distribusi dan pemasok logistic di Indonesia timur.
Memiliki bandara yang tersibuk di Indonesia timur. Suasana malamnya tidak jauh
berbeda dengan kota-kota besar seperti Texas, Tokyo, Seoul, Melbourne dan
lain-lain. Intinya kota tersemuanya dibandingkan dengan kota-kota lain yang ada
di Indonesia timur.
Layaknya kota
metropolitan lainnya peradaban kota Makassar jauh berbeda dengan kehidupan yang
ada didesa. Sepanjang jalan berbaris rapi ruko-ruko yang membuat mata bosan
memandang, sesekali diantara barisan ruko tertancap gedung pencakar langit yang
membuat kita terpesona, terkagum-kagum bercapur sedih. Dengan pembangunan yang
semakin pesat saya bisa menduga bahwa 5 tahun kedepan kita sudah bisa
menyaksikan kehadiran spiderman dikota Makassar. Jalan-jalan protocol setiap
hari mengalami pelebaran justru tidak menjadi solusi bagi kemacetan lalu
lintas. Mungkin ini salah satu dampak dan konsekuensi sebagai kota
metropolitan. Tak bisa dipungkiri Makassar saat ini telah menjadi pusat
pertukaran budaya khususnya empat etnis besar Sulawesi selatan.
Dibalik gemerlap
kemegahan kota Makassar tak pernah disadari bahwa ternyata masih terdapat
mutiara ditumpukan kerikil, wilayah yang belum tersentuh modernitas perkotaan
tempat ini adalah Lakkang. Tidak semua orang mengenal tempat ini termasuk saya
sebelum datang berkunjung ketempat ini. Akses menuju tempat ini membuat
posisinya tidak banyak diketahui oleh orang luar namun esklusif untuk
dikunjungi. Untuk mencapai Lakkang dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit dari
dermaga kera-kera menyusuri sungai dengan pemandangan hutan nipa. Setelah
berkunjung selama kurang lebih 1 hari dan sempat berdiskusi dengan warga
setempat ternyata banyak fakta-fakta unik yang menurut saya patut untuk dipublikasikan.
Akses menuju
lakkang hanya bisa ditempuh menggunakan perahu dengan menyusuri sungai tallo.
Warga setempat menganggap tempat ini sebagai pulau karena tempat ini
dikelilingi oleh perairan (sungai tallo). Uniknya desa lakkang yang hanya
memiliki 2 RK, namun memiliki sekolah SD dan SMP khusus untuk warga desa
lakkang, ditambah lagi dengan Puskesmas, serta listrik telah menerangi tempat
ini sejak tahun 1970-an. Yang membuat saya tertarik mengkaji desa ini, kenapa
bisa ada orang yang mau bermukim ditempat yang terisolasi dan bertahan sampai
saat ini dan tidak tersentuh oleh arus modernitas perkotaan. Menurut Daeng Empu
salah satu warga Lakkang, warga lakkang sudah ada sejak zaman perang dunia II,
namun sempat mengalami imigrasi karena diusir oleh penjajah jepang karena
mereka akan menjadikan tempat ini sebagai persembunyiannya. Terbukti ditempat
ini terdapat peninggalan jepang yang berupa bunker yang digunakan sebagai
penyimpanan senjata pada zaman perang.
Awalnya tempat
ini bernama Bonto Mallangere yang berarti puncak berita, karena menurut warga
sesuai dengan namanya, isu-isu yang berkembang dikota Makassar sangat cepat
sampai didaerah ini. Namun akhirnya berubah nama menjadi Lakkang seiring dengan
perjuangan warga pribumi yang ingin kembali kekampung halamannya yang
sebelumnya diduduki oleh penjajah Jepang karena mereka telah merasa betah
ditempat tersebut. Setelah penarikan tentara Jepang serta proklamasi
Kemerdekaan dideklarasikan, Bonto Mallangere kembali dihuni oleh penduduk
pribumi, dan pribumi pada saat itu sepakat untuk merubah namanya menjadi
Lakkang yang artinya betah, dengan anggapan bahwa mereka merasa sudah menyatu
dengan tempat ini dan ingin selalu tetap tinggal disini.
Kondisi social
desa lakkang 100 % beragama muslim, rata-rata penduduknya dari rumpun keluarga
yang sama. Aliran keberagamaan mereka manurut hemat saya yaitu Islam Mistism.
Kenapa saya bilang seperti itu, karena penduduk lakkang mampu merekonsiliasi
budaya local dengan budaya islam itu sendiri. Jadi wajar kalau warga Lakkang
cenderung moderat cara berfikirnya dibanding warga lain yang ada di Makassar.
Isu yang beredar berdasarkan informasi dari warga setempat bahwa masterplan
pemerintah mengenai pembangunan daerah Lakkang akan dijadikan sebagai desa
wisata, mengingat posisinya yang unik seperti sebuah pulau yang dikelilingi
oleh sungai. Harapan warga desa Lakkang secara umum, menganggap bahwa tujuan
pemerintah untuk menjadikan Lakkang sebagai desa wisata sangatlah mulia, namun
pemerintah juga harus memberdayakan warga setempat, bukan menjual tempat ini
kemudian dikelolah oleh pihak asing atau swasta. Masih banyak lagi fakta-fakta
dan keindahan desa Lakkang yang tidak terpublish ditulisan ini mengingat
keterbatasan saya dalam menulis. Silahkan saksikan sendiri untuk membuktikan
kebenaran untaian kalimat diatas yang terus memuji-muji keindahan desa Lakkang
serta menyaksikan langsung fakta-fakta lain yang belum tersampaikan didalam
tulisan ini.
Bone, 3 Juli
2014
0 comments:
Post a Comment