Saturday, July 12, 2014

7:50 PM
Lembah Ramma
Lembah ramma adalah sebuah tempat tujuan terakhir pendakian kami dalam kegiatan opkl (orientasi pengembangan kemampuan lapangan). Kali ini kembali pesta pengkaderan digelar, opkl merupakan salah satu jenjang pengkaderan yang ada di KMJ TP UH. Kegiatannya bersifat pertualangan dialam terbuka dengan harapan peserta mampu memaknai segala realitas alam yang mereka lalui.
Dalam kegiatan ini saya bertindak sebagai salah satu perangkat jalur tepatnya leader dijalur Biroro 1, seperti tahun-tahun sebelumnya peserta selalu dibagi dalam beberapa jalur. Cuaca pada saat itu membuat kami beranggapan bahwa cuaca sedang tidak berpihak kepada kami, kabut tebal, hujan deras yang sesekali disusul dengan badai mengiringi langkah kami selama perjalanan.
Untuk sampai dipuncak tallung kami butuh waktu selama 3,5 jam perjalanan dari desa topidi. Tiba dipuncak tallung rasa lelah terasa mulai hilang seketika saat memandangi hamparan lembah ramma yang terlihat eksotik dari puncak Tallung, kebetulan sekali kabut agak menipis pada saat itu membuat mata ini bebas-sebebasnya memandangi lukisan agung Sang Pencipta. Teringat tiga tahun silam perjalanan saya ke  Lembah ramma yang dulunya saya sebagai peserta OPKL dan kini saya menjadi pemandu untuk peserta. Perjalanan tiga tahun lalu yang baru bisa saya maknai saat ini. Saya baru menyadari dan menganggap bahwa perjalan saya tiga tahun silam sebenarnya bukanlah perjalanan fisik melainkan sebuah perjalanan jiwa. Ternyata anggapan orang selama ini yang menganggap bahwa kehidupan dialam bebas itu keras menurut saya itu adalah hal yang keliru. Tebing terjal, cuaca buruk, hutan lumut, gelap, kabut itu semua adalah kodrat alam atau hukum-hukum alam, dan sama sekali tidak ada yang menakutkan. Perlu kita pahami bahwa desahan serta rintihan alam yang kita pahami sebagai bencana sebenarnya hanyalah cara-cara alam untuk berusaha mencari titik keseimbangannya.
Menurut saya kehidupan yang justru sangat menakutkan adalah kehidupan dikota. Di alam bebas semua terjadi sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan dan digariskan, dan tidak akan keluar dari garis yang telah ditetapkan. Kadang kala kita menganggap alam bebas kejam karena kita tidak mampu beradaptasi dengan mereka, padahal sesungguhnya kitalah yang lemah. Dialam bebas semuanya sudah disiapkan tinggal kita memilih, sungguh merugilah kita sebagai manusia jika tidak mampu beradaptasi dengan alam bebas yang nyatanya kita adalah makhluk yang paling mulia diantara semua makhluk. Dimana kemuliaan itu jika ternyata hewan lebih mampu hidup dialam bebas dibanding kita. Jadi tidak ada yang kejam dialam bebas, makhluk yang tidak berakal saja mampu hidup apalagi hewan yang berakal. Dikota kita tidak akan menemukan hewan atau tumbuhan yang mampu hidup tanpa bantuan manusia. Segala aspek kehidupan dikota berada ditangan Sikaya, semua hal dikendalikan olehnya dan simiskin hanya bisa berusaha bertahan hidup dan meratapi garis hidup dan takdirnya yang bukan dari tuhan melainkan takdir yang dibuat oleh sikaya. Hal ini baru aku sadari saat melakukan perjalanan ke lembah ramma pada kegiatan opkl XVIII, dari situ saya berkesimpulan bahwa ternyata perjalanan saya dikegiatan OPKL adalah sebuah perjalanan jiwa bukan hanya perjalanan fisik semata, karena diperjalanan inilah saya menghasilkan perenungan yang tidak aku dapatkan diperjalanan-perjalanan saya sebelumnya. Renungkanlah jika engkau hanya mendapatkan kondisi caos saat melakukan perjalanan alam.
Makassar Januari 2014

0 comments: