Friday, May 20, 2016

11:29 AM
Suasana siang itu cukup menjenuhkan bagi saya, mungkin itu dirasakan juga oleh orang-orang disekitar saya. Memang setelah beberapa hari baru saya menampakkan kembali batang hidungku dikampus, saya merasa rindu dengan suasana kampus yang menjenuhkan itu. Ditengah-tengah kejenuhanku seorang senior yang berjarak lebih ½ decade namun cukup akrab dengan saya tiba-tiba mengajak saya bertandang ke kantor gubernur, tanpa berfikir panjang saya mengiakan ajakannya dikarenakan saya punya kenalan disana, dia teman angkatan kampus saya yang lebih memilih duluan meninggalkan kampus dan tentunya juga saya. Waktu masih kuliah dia salah satu wanita idaman dikampus kami dan saya juga termasuk salah satu dari sekian banyak pria yang tertarik padanya (tapi itu kan dulu kalau sekarang entahlah). Tentang senior saya, saya menduga keakraban kami itu lahir bisa jadi karena dia salah satu senior yang ngefans sama saya salah satu buktinya dari sekian banyak kami ditempat itu tapi dia lebih memilih saya untuk menemaninya ke kantor gubernur.

Kami pun berangkat menuju kantor gubernur dengan menunggangi motor hasil pinjaman dari seorang teman yang juga merupakan teman angkatan kampus saya yang memilih untuk meninggalkan kampus lebih dulu. Kurang lebih 20 menit dengan kecepatan rata-rata, kamipun tiba dilokasi kantor gubernur, untuk pertama kalinya saya memasuki tempat yang menjadi salah satu tempat yang paling diperebutkan oleh kalangan elit Sul-Sel. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan tempat itu, suasananya tidak jauh berbeda dengan suasana yang saya rasakan saat berada dikampus. Luas dan dititik-titik tertentu sunyi dan sepi.

Karena gedung tersebut masih asing bagi kami berdua, jadi kami belum mengenal persis tempat-tempat yang ada dilokasi tersebut. Senior yang ngefans sama saya itu kemudian mengambil inisiatif untuk bertanya pada seseorang yang kebetulan berpapasan dengan kami saat itu. Di lokasi tersebut ada banyak gedung, senior saya menanyakan lokasi gedung induk yang katanya dia janjian dengan relasinya di gedung tersebut, orang yang ditempati bertanya ternyata merasa asing dengan istilah gedung induk, saya menduga orang-orang disana terbiasa menggunakan istilah gedung utama. Dia kemudian menunjukkan kami sebuah gedung setelah memberi penjelasan tambahan bahwa gedung yang kami maksud itu ada ruangan pak sekda dan pak gubernur.

Kami pun tiba ditempat yang kami cari tepat disamping tangga didepan ruangan bapak nahkoda kapal yang bernama Sulawesi selatan, dari luar gedung tersebut tampak seperti gedung tua tapi dari dalam gedung tersebut begitu mewah dan elegan dengan hiasan photo-photo Si nahkoda kapal memenuhi dinding gedung tersebut layaknya disebuah galeri. Disitu terdapat sofa yang disiapkan khusus untuk tamu yang berkunjung saat menunggu. Saya sempat berfikir orang-orang didalam gedung tersebut pasti merasa biasa-biasa saja bertemu dengan si pak gubernur karena hampir tiap hari dia bisa bertemu, tapi bagi kami melihat namanya tertulis disebuah papan yang menandakan bahwa itu adalah ruangannya saja itu sudah menjdi sesuatu yang wah. Tapi saya coba menutupi perasaan itu dan berusaha supaya tetap tampak elegan dihadapan orang-orang yang lalu lalang disekitar saya. Beberapa saat menunggu, orang yang ditunggu-tunggu oleh senior yang saya temani datang menghampiri kami. Merekapun sempat berdiskusi beberapa saat sebelum akhirnya mereka meninggalkan saya sendiri disofa tersebut , entah menuju kemana. Karena saya telah berjanji akan menunggunya, maka saya memutuskan untuk tetap di sofa tersebut sampai dia datang dan mengajakku untuk pulang.

Ditengah kesendirianku ditambah lagi benda yang bisa membawa hayalanku berselancar kemana-mana juga sudah kehabisan energy. Ditambah lagi sebelum hp saya mati, saya sempat berkomunikasi dengan wanita yang menjadi tujuan awalku bersemangat ketempat ini tidak bisa menemuiku karena alasan sibuk. Aku manfaatkan saja hayalanku untuk memperhatikan orang-orang didalam gedung tersebut. Beberapa orang berseragam mondar-mandir tak aku tau apa yang dia sibuki. Beberapa orang keluar masuk dari ruangan sekretaris daerah, ada juga dua orang yang dengan sabar menunggu pak sekda didepan ruangannya karena informasi dari stafnya dia sedang rapat. Beberapa saat kemudian datang tamu dua orang dengan perawakan autralia, ditemani seorang wanita yang sangat pas dengan rambut cepaknya, saya menduga dia adalah penerjemahnya. Sambutan hangat didapat dari staf yang ada digedung tersebut. Mereka pasti tamu yang sangat penting, sampai ada pihak dari media juga yang ikut mengamati kedatangannya. Saya membayangkan jika saya berada diposisi kedua perempuan bule tersebut pasti saya juga akan mendapatkan pelayanan prima dari orang-orang didalam gedung tersebut. Tapi siapa saya, saya hanya orang yang mengantar seniornya untuk bertemu dengan seseorang ditempat tersebut, jangankan mendapat sapaan, melirik kearah saya mereka enggan, menganggap keberadaan saya tidak ada, ditambah lagi penampilan saya saat itu yang memang tidak memperlihatkan citra tamu istimewa, hanya berbaju kaos oblong yang kusut dibalut dengan sweater ditambah sepatu yang tidak pernah bersentuhan dengan sikat smir. Ini fenomena yang hampir disemua tempat dapat kita temukan, penampilan dan jabatan sangat mempengaruhi penyambutanmu.

Waktu sudah menunjukkan jam 16:00, semua karyawan di gedung itu sudah bersiap-siap untuk kembali bersama keluarganya. Dari pintu ruangan sang gubernur keluarlah beberapa orang, salah satu dari mereka ternyata adalah sang gubernur. Disinilah kisah istimewaku berawal. Saya tiba-tiba merasa kaget dan bangga karena beberapa orang diluar sana tidak seberuntung saya yang bisa melihat secara langsung sang gubernur yang namanya dikenal seantero Sulawesi-selatan bahkan sampai dipelosok, tapi tidak pernah bertemu langsung. Tiba-tiba saja saya langsung berfikiran bahwa walaupun saya hanya rakyat jelata saya harus memperlihatkan sikap elegant meski dihadapan orang nomor satu di sulawesi selatan. Dengan pongahnya sayapun menatap kearahnya dengan tatapan tajam, tiba-tiba saja tatapanku dan tatapannya saling beradu. Untungnya saya masih tersadar dengan eksistensiku, aku tetap menahan tatapanku kepadanya saya tidak mau kalah beradu tatapan dengannya meskipun strata sosial kami sangat jauh berbeda. Benar saja, soal adu tatapan saya keluar sebagai pemenang, dia memberikan saya senyuman tipis, semua orang-orang yang bersamanya saat itu tiba-tiba saja pandangannya tertuju kepada saya dengan ekspresi tidak seperti biasanya.  Kebanggaanku semakin bertambah tapi aku masih sadar bahwa saya harus tetap terlihat elegant dihadapannya. Yang membuat saya bertambah tegang ketika dia menghampiriku yang masih sedang duduk disofa, dan langsung mengulurkan tangannya, aku langsung memahami isyarat itu bahwa dia ingin bersalaman dengan saya, saya pun menyambut tangan tersebut dengan senyuman kecil dan mahal yang pasti juga tetap elegant tentunya, dia pun melontarkan beberapa kata kepada saya “siapa yang anda tunggu dek?”. Spontan saya menjawab “menunggu senior saya yang sedang bertemu seseorang diatas pak”. “Oh ia, kalau begitu saya duluan” diapun berlalu bersama rombongannya dari hadapan saya.


Setelah kepergiannya sayapun bertanya-tanya, mimpi apa aku semalam tiba-tiba didatangi oleh orang nomor satu diprovinsi ini. Dengan bangga saya membayangkan saya bakalan punya cerita istimewa yang bisa saya sombongkan saat bertemu dengan relasi dan teman saya dikampus, saya yang bukan apa-apa didatangi oleh orang besar ditempat duduk saya dan saya memperlakukannya tidak berbeda dengan teman-teman saya dikampus, luarbiasa saya kan. Ditengah khayalanku tiba-tiba saja saya merasakan tangan menepuk-nepuk pundakku, dan berkata “dek! bangun maq, selesai maka ketemu ayo kita pulang”. Aku pun mulai tersadar ternyata aku tadi tertidur karena lelah dan bosan menunggu. Aku langsung melihat kearah pintu ruangan gubernur, dan sudah terkunci. Waktu sudah menunjukkah 16:55 Kami pun bergegas meninggalkan tempat itu dan melaju kembali kekampus sambil ketawa-ketawa kecil membayangkan ternyata tadi aku hanya bermimpi. Sayapun berusaha mengingat kembali kejadian yang mana sebenarnya mengawali mimpiku, saya tidak bisa mengingatnya apalagi merasakannya itu terjadi terlalu cepat dan begitu saja.

0 comments: