Suasana siang itu cukup menjenuhkan bagi saya, mungkin itu
dirasakan juga oleh orang-orang disekitar saya. Memang setelah beberapa hari
baru saya menampakkan kembali batang hidungku dikampus, saya merasa rindu
dengan suasana kampus yang menjenuhkan itu. Ditengah-tengah kejenuhanku seorang
senior yang berjarak lebih ½ decade namun cukup akrab dengan saya tiba-tiba
mengajak saya bertandang ke kantor gubernur, tanpa berfikir panjang saya
mengiakan ajakannya dikarenakan saya punya kenalan disana, dia teman angkatan
kampus saya yang lebih memilih duluan meninggalkan kampus dan tentunya juga
saya. Waktu masih kuliah dia salah satu wanita idaman dikampus kami dan saya
juga termasuk salah satu dari sekian banyak pria yang tertarik padanya (tapi
itu kan dulu kalau sekarang entahlah). Tentang senior saya, saya menduga
keakraban kami itu lahir bisa jadi karena dia salah satu senior yang ngefans
sama saya salah satu buktinya dari sekian banyak kami ditempat itu tapi dia
lebih memilih saya untuk menemaninya ke kantor gubernur.
Kami pun berangkat menuju kantor gubernur dengan menunggangi
motor hasil pinjaman dari seorang teman yang juga merupakan teman angkatan
kampus saya yang memilih untuk meninggalkan kampus lebih dulu. Kurang lebih 20
menit dengan kecepatan rata-rata, kamipun tiba dilokasi kantor gubernur, untuk
pertama kalinya saya memasuki tempat yang menjadi salah satu tempat yang paling
diperebutkan oleh kalangan elit Sul-Sel. Sebenarnya tidak ada yang istimewa
dengan tempat itu, suasananya tidak jauh berbeda dengan suasana yang saya
rasakan saat berada dikampus. Luas dan dititik-titik tertentu sunyi dan sepi.
Karena gedung tersebut masih asing bagi kami berdua, jadi
kami belum mengenal persis tempat-tempat yang ada dilokasi tersebut. Senior
yang ngefans sama saya itu kemudian mengambil inisiatif untuk bertanya pada
seseorang yang kebetulan berpapasan dengan kami saat itu. Di lokasi tersebut
ada banyak gedung, senior saya menanyakan lokasi gedung induk yang katanya dia
janjian dengan relasinya di gedung tersebut, orang yang ditempati bertanya
ternyata merasa asing dengan istilah gedung induk, saya menduga orang-orang
disana terbiasa menggunakan istilah gedung utama. Dia kemudian menunjukkan kami
sebuah gedung setelah memberi penjelasan tambahan bahwa gedung yang kami maksud
itu ada ruangan pak sekda dan pak gubernur.
Kami pun tiba ditempat yang kami cari tepat disamping tangga
didepan ruangan bapak nahkoda kapal yang bernama Sulawesi selatan, dari luar
gedung tersebut tampak seperti gedung tua tapi dari dalam gedung tersebut
begitu mewah dan elegan dengan hiasan photo-photo Si nahkoda kapal memenuhi
dinding gedung tersebut layaknya disebuah galeri. Disitu terdapat sofa yang
disiapkan khusus untuk tamu yang berkunjung saat menunggu. Saya sempat berfikir
orang-orang didalam gedung tersebut pasti merasa biasa-biasa saja bertemu
dengan si pak gubernur karena hampir tiap hari dia bisa bertemu, tapi bagi kami
melihat namanya tertulis disebuah papan yang menandakan bahwa itu adalah
ruangannya saja itu sudah menjdi sesuatu yang wah. Tapi saya coba menutupi
perasaan itu dan berusaha supaya tetap tampak elegan dihadapan orang-orang yang
lalu lalang disekitar saya. Beberapa saat menunggu, orang yang ditunggu-tunggu
oleh senior yang saya temani datang menghampiri kami. Merekapun sempat
berdiskusi beberapa saat sebelum akhirnya mereka meninggalkan saya sendiri
disofa tersebut , entah menuju kemana. Karena saya telah berjanji akan
menunggunya, maka saya memutuskan untuk tetap di sofa tersebut sampai dia datang
dan mengajakku untuk pulang.
Ditengah kesendirianku ditambah lagi benda yang bisa membawa
hayalanku berselancar kemana-mana juga sudah kehabisan energy. Ditambah lagi
sebelum hp saya mati, saya sempat berkomunikasi dengan wanita yang menjadi
tujuan awalku bersemangat ketempat ini tidak bisa menemuiku karena alasan
sibuk. Aku manfaatkan saja hayalanku untuk memperhatikan orang-orang didalam
gedung tersebut. Beberapa orang berseragam mondar-mandir tak aku tau apa yang
dia sibuki. Beberapa orang keluar masuk dari ruangan sekretaris daerah, ada
juga dua orang yang dengan sabar menunggu pak sekda didepan ruangannya karena
informasi dari stafnya dia sedang rapat. Beberapa saat kemudian datang tamu dua
orang dengan perawakan autralia, ditemani seorang wanita yang sangat pas dengan
rambut cepaknya, saya menduga dia adalah penerjemahnya. Sambutan hangat didapat
dari staf yang ada digedung tersebut. Mereka pasti tamu yang sangat penting,
sampai ada pihak dari media juga yang ikut mengamati kedatangannya. Saya
membayangkan jika saya berada diposisi kedua perempuan bule tersebut pasti saya
juga akan mendapatkan pelayanan prima dari orang-orang didalam gedung tersebut.
Tapi siapa saya, saya hanya orang yang mengantar seniornya untuk bertemu dengan
seseorang ditempat tersebut, jangankan mendapat sapaan, melirik kearah saya
mereka enggan, menganggap keberadaan saya tidak ada, ditambah lagi penampilan
saya saat itu yang memang tidak memperlihatkan citra tamu istimewa, hanya
berbaju kaos oblong yang kusut dibalut dengan sweater ditambah sepatu yang
tidak pernah bersentuhan dengan sikat smir. Ini fenomena yang hampir disemua
tempat dapat kita temukan, penampilan dan jabatan sangat mempengaruhi
penyambutanmu.
Waktu sudah menunjukkan jam 16:00, semua karyawan di gedung
itu sudah bersiap-siap untuk kembali bersama keluarganya. Dari pintu ruangan
sang gubernur keluarlah beberapa orang, salah satu dari mereka ternyata adalah
sang gubernur. Disinilah kisah istimewaku berawal. Saya tiba-tiba merasa kaget
dan bangga karena beberapa orang diluar sana tidak seberuntung saya yang bisa
melihat secara langsung sang gubernur yang namanya dikenal seantero
Sulawesi-selatan bahkan sampai dipelosok, tapi tidak pernah bertemu langsung.
Tiba-tiba saja saya langsung berfikiran bahwa walaupun saya hanya rakyat jelata
saya harus memperlihatkan sikap elegant meski dihadapan orang nomor satu di sulawesi
selatan. Dengan pongahnya sayapun menatap kearahnya dengan tatapan tajam,
tiba-tiba saja tatapanku dan tatapannya saling beradu. Untungnya saya masih
tersadar dengan eksistensiku, aku tetap menahan tatapanku kepadanya saya tidak
mau kalah beradu tatapan dengannya meskipun strata sosial kami sangat jauh
berbeda. Benar saja, soal adu tatapan saya keluar sebagai pemenang, dia
memberikan saya senyuman tipis, semua orang-orang yang bersamanya saat itu tiba-tiba saja
pandangannya tertuju kepada saya dengan ekspresi tidak seperti biasanya. Kebanggaanku semakin bertambah tapi aku masih
sadar bahwa saya harus tetap terlihat elegant dihadapannya. Yang membuat saya bertambah
tegang ketika dia menghampiriku yang masih sedang duduk disofa, dan langsung
mengulurkan tangannya, aku langsung memahami isyarat itu bahwa dia ingin bersalaman dengan saya, saya pun menyambut tangan tersebut dengan senyuman kecil dan mahal yang pasti juga tetap elegant
tentunya, dia pun melontarkan beberapa kata kepada saya “siapa yang anda tunggu
dek?”. Spontan saya menjawab “menunggu senior saya yang sedang bertemu
seseorang diatas pak”. “Oh ia, kalau begitu saya duluan” diapun berlalu bersama
rombongannya dari hadapan saya.
Setelah kepergiannya sayapun bertanya-tanya, mimpi apa aku
semalam tiba-tiba didatangi oleh orang nomor satu diprovinsi ini. Dengan bangga
saya membayangkan saya bakalan punya cerita istimewa yang bisa saya sombongkan
saat bertemu dengan relasi dan teman saya dikampus, saya yang bukan apa-apa didatangi
oleh orang besar ditempat duduk saya dan saya memperlakukannya tidak berbeda
dengan teman-teman saya dikampus, luarbiasa saya kan. Ditengah khayalanku
tiba-tiba saja saya merasakan tangan menepuk-nepuk pundakku, dan berkata “dek!
bangun maq, selesai maka ketemu ayo kita pulang”. Aku pun mulai tersadar
ternyata aku tadi tertidur karena lelah dan bosan menunggu. Aku langsung
melihat kearah pintu ruangan gubernur, dan sudah terkunci. Waktu sudah
menunjukkah 16:55 Kami pun bergegas meninggalkan tempat itu dan melaju kembali
kekampus sambil ketawa-ketawa kecil membayangkan ternyata tadi aku hanya
bermimpi. Sayapun berusaha mengingat kembali kejadian yang mana sebenarnya mengawali mimpiku, saya tidak bisa mengingatnya apalagi merasakannya itu terjadi terlalu cepat dan begitu saja.
0 comments:
Post a Comment