Monday, June 20, 2016

1:02 AM
Untuk menikmati waktu senjang banyak hal yang bisa dilakukan, beragam jenis hiburan yang menanti, apalagi tempat wisata tidak usah ditanyakan. Terkhusus dunia hiburan, tak bisa dilepaskan dengan dunia perfilman. Saya tidak ingin berbicara banyak mengenai dunia perfilman, saya hanya akan mengulas satu dari sekian banyak fenomena yang mewarnai setiap kehadiran film. Film yang akan saya ulas yaitu film serial yang berjudul Game Of Thrones, Jika anda belum mengenal film serial tersebut berarti anda belum layak dijuluki sebagai manusia kekinian, manusia dengan teknologinya mampu melipat-lipat ruang dan waktu didalam sebuah benda kecil  yang sakti mandraguna seukuran genggaman manusia, benda sakti itu biasa disebut smartphone.

Film yang disutradarai oleh  David Benioff dan D. B. Weiss ini berkisah tentang 7 Great Houses (keluarga besar) di benua fiksi Westeros & Essos yang saling berebut kekuasaan untuk dapat menduduki tahta besi "The Iron Throne" di ibukota Westeros yaitu King's Landing. Persengkongkolan, pengkhianatan, intrik tidak berkesudahan, peperangan hingga percintaan terlarang yang selalu mewarnai episode demi episode. Kisah yang disuguhkan dalam film ini membuat para pecinta film mengagumi karya david ini, Bagi sebagian orang, cerita ini mungkin sedikit rumit & sulit dipahami dengan cepat. Hak siarnya dipegang oleh saluran tv amerika yang cukup popular karena saluran tv ini menayangkan film selama 24 jam tanpa iklan. Siaran tv ini bernama Home Box Office (HBO).

Ada banyak fakta-fakta yang mewarnai perjalanan film ini. Bagi penikmat film yang cenderung masih awam, pasti akan susah menentukan pemeran utama dalam film ini, termasuk saya. Itu dikarenakan ada banyak pemeran didalam film tersebut dan karakternya kuat-kuat. Bagi penggemar cewek-cewek saya meyakini bahwa kebanyakan dari kaum mereka pasti mengidolakan sosok John Snow di film tersebut. Ada rumor yang beredar bahwa sebenarnya karakter John Snow akan diselesaikan dalam kisah yang akan mewarnai episode selanjutnya, itu sudah bisa dilihat dari episode terakhir diseason 5 yang menayangkan sosok John Snow ditikam belati berkali-kali, yang membuat jantungnya harus berhenti berdetak. Tapi fans fanatic John Snow keberatan dengan keputusan sutradara dan melayangkan protes, dan membuat cerita berubah, di episode dua season 6 John Snow kembali dihidupkan oleh sipenyihir merah.

Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan dunia persinetronan Indonesia, ketika film “Tukang Bubur Naik Haji” tenyata mendapat tempat yang special dimata pemirsa dan pemirsa masih ingin melihat tukang bubur tetap naik haji, maka dibuatlah vesi sinetronya, yang judul dengan alur cerita sudah sangat sulit ditemukan hubungannya, karena disinetron tersebut sudah tidak ada lagi situkang bubur yang ingin naik haji. Karena film tersebut sangat diminati oleh kalangan ibu-ibu membuat produser sinetron ingin memproduksi sinetron dengan genre yang sama, lahirlah sinetron “Emak Ijah pengen ke Mekkah”. Karakter fans fanatic film serial “Game Of Thrones” tidak jauh berbeda dengan ibu-ibu pecinta sinetron Indonesia. Karena kemampuan sutradara menghipnotis penonton larut pada alur cerita yang dia hadirkan, membuat penonton lupa menganalisa hubungan judul dengan alur cerita. Itulah kehebatan sutradara. Jika anda mengikuti serial film game of thrones diawal kisah kita akan menemukan alur cerita mengenai tujuh kerajaan yang saling berkonflik demi mendapat posisi tertinggi di king’s landing, tapi setelah Ned Stark mendapat hukuman mati dan keluarganya dibantai hingga yang tersisah hanya John Snow (wanita banyak yang menyukai karakter ini) anak Ned Stark dari seorang selir, Robb Stark, Bran Stark, Arya Stark, Sansa Stark, Robin Stark dan Rickon Stark.

Anda akan mendapati alur cerita yang disajikan menjadi sangat berbeda dari alur cerita diawal, John Snow bersekutu dengan para Wildling untuk merebut kembali winterfell yang notabene semua clan penghuni benua Westeros tidak pernah merestui perdamaian dengan para wildling yang sebelumnya hanya tinggal diutara benteng dan bertahan dari ganasnya musim dingin dan serangan white walker. Daeneryes Targaryen the Mother Of Dragon mengumpulkan kekuatan di benua essos untuk merebut king’s landing dari keluarga Lannister, sedangkan keluarga lannister berusaha memperkuat posisinya dikerajaan karena sekelompok agamawan radikal mencoba mengusik ketenteraman kerajaan.
Sebenarnya diantara film local dengan film-film produksi Hollywood tidak ada yang lebih istimewa, setiap film punya kekuatan alur ceritanya masing-masing, hanya karena bahasa inggris merupakan bahasa yang mendominasi dunia perfilman, membuat film Hollywood dianggap lebih keren dari film apapun, ditambah citra keren dan jantan lebih dulu diperkenalkan oleh wajah-wajah orang bule, untungnya wajah unyu-unyu masih didominasi oleh orang korea jadi muka-muka Indonesia tertentu masih punya kesempatan nebeng pengakuan unyu-unyu karena merasa mirip dengan orang korea.

Harusnya kita semua berterima kasih kepada para ibu-ibu pecinta sinetron karena mereka tidak terjebak pada konspirasi terselubung yang dibawa melalui film, sehingga sinetron-sinetron Indonesia masih bisa tetap eksis sampai sekarang. Bagi ibu-ibu tidak ada actor yang mampu menyaingi sosok Mat Solar dalam memerankan karaktenya, sosok Didi Petet selalu menjadi suami idaman bagi ibu-ibu apalagi Dedi Mizwar. Jadi jangan berani-berani membandingkan sosok John Snow didepan para ibu-ibu pecinta sinetron, apalagi Soong Joong Ki, kalian hanya akan mendapat bully dari mereka, tau kan bagaimana rasanya dibully sama ibu-ibu, sakitt (sambil tunjuk dada).

Itu semua selain dari para ibu-ibu pecinta sinetron karena  karena memang sutradara-sutradara Indonesia juga memiliki kemampuan menyajikan alur cerita yang menarik bagi orang-orang yang tidak terjebak pada hegemoni film-film impor. Jadi ini murni persoalan kepiawaian seorang sutradara meracik alur cerita untuk membuat penonton terhipnotis dengan apa yang dia sajikan. Karena kesuksesan film sangat bergantung dari tingkat penerimaan masyarakat dan bukan hanya game of thrones yang mampu memperlihatkan contoh film yang dianggap sukses, tapi sinetron-sinetron yang disajikan oleh sutradara-sutradara local juga mampu memperlihatkan contoh-contoh sinetron yang sukses anggaplah tukang bubur naik haji, emak ijah pengen kemekah, preman pensiun, tukang ojek, tujuh manusia harimau, ganteng-ganteng serigala, dan yang terbaru anak jalanan, meskipun hanya sebatas wilayah Indonesia saja.

0 comments: