Untuk menikmati waktu senjang banyak hal yang bisa dilakukan, beragam
jenis hiburan yang menanti, apalagi tempat wisata tidak usah ditanyakan.
Terkhusus dunia hiburan, tak bisa dilepaskan dengan dunia perfilman. Saya tidak
ingin berbicara banyak mengenai dunia perfilman, saya hanya akan mengulas satu
dari sekian banyak fenomena yang mewarnai setiap kehadiran film. Film yang akan
saya ulas yaitu film serial yang berjudul Game Of Thrones, Jika anda belum
mengenal film serial tersebut berarti anda belum layak dijuluki sebagai manusia
kekinian, manusia dengan teknologinya mampu melipat-lipat ruang dan waktu
didalam sebuah benda kecil yang sakti
mandraguna seukuran genggaman manusia, benda sakti itu biasa disebut
smartphone.
Film yang disutradarai oleh David
Benioff dan D.
B. Weiss ini
berkisah tentang 7
Great Houses (keluarga besar) di benua fiksi Westeros & Essos yang saling
berebut kekuasaan untuk dapat menduduki tahta besi "The Iron Throne"
di ibukota Westeros yaitu King's Landing. Persengkongkolan, pengkhianatan,
intrik tidak berkesudahan, peperangan hingga percintaan terlarang yang selalu
mewarnai episode demi episode. Kisah yang
disuguhkan dalam film ini membuat para pecinta film mengagumi karya david ini, Bagi sebagian orang, cerita ini mungkin
sedikit rumit & sulit dipahami dengan cepat. Hak siarnya
dipegang oleh saluran tv amerika yang cukup popular karena saluran tv ini
menayangkan film selama 24 jam tanpa iklan. Siaran tv ini bernama Home Box
Office (HBO).
Ada banyak fakta-fakta yang mewarnai perjalanan film ini. Bagi penikmat
film yang cenderung masih awam, pasti akan susah menentukan pemeran utama dalam
film ini, termasuk saya. Itu dikarenakan ada banyak pemeran didalam film
tersebut dan karakternya kuat-kuat. Bagi penggemar cewek-cewek saya meyakini
bahwa kebanyakan dari kaum mereka pasti mengidolakan sosok John Snow di film
tersebut. Ada rumor yang beredar bahwa sebenarnya karakter John Snow akan
diselesaikan dalam kisah yang akan mewarnai episode selanjutnya, itu sudah bisa
dilihat dari episode terakhir diseason 5 yang menayangkan sosok John Snow
ditikam belati berkali-kali, yang membuat jantungnya harus berhenti berdetak.
Tapi fans fanatic John Snow keberatan dengan keputusan sutradara dan
melayangkan protes, dan membuat cerita berubah, di episode dua season 6 John
Snow kembali dihidupkan oleh sipenyihir merah.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan dunia persinetronan Indonesia,
ketika film “Tukang Bubur Naik Haji” tenyata mendapat tempat yang special
dimata pemirsa dan pemirsa masih ingin melihat tukang bubur tetap naik haji,
maka dibuatlah vesi sinetronya, yang judul dengan alur cerita sudah sangat
sulit ditemukan hubungannya, karena disinetron tersebut sudah tidak ada lagi
situkang bubur yang ingin naik haji. Karena film tersebut sangat diminati oleh
kalangan ibu-ibu membuat produser sinetron ingin memproduksi sinetron dengan
genre yang sama, lahirlah sinetron “Emak Ijah pengen ke Mekkah”. Karakter fans
fanatic film serial “Game Of Thrones” tidak jauh berbeda dengan ibu-ibu pecinta
sinetron Indonesia. Karena kemampuan sutradara menghipnotis penonton larut pada
alur cerita yang dia hadirkan, membuat penonton lupa menganalisa hubungan judul
dengan alur cerita. Itulah kehebatan sutradara. Jika anda mengikuti serial film
game of thrones diawal kisah kita akan menemukan alur cerita mengenai tujuh
kerajaan yang saling berkonflik demi mendapat posisi tertinggi di king’s
landing, tapi setelah Ned Stark mendapat hukuman mati dan keluarganya dibantai
hingga yang tersisah hanya John Snow (wanita banyak yang menyukai karakter ini)
anak Ned Stark dari seorang selir, Robb Stark, Bran Stark, Arya Stark, Sansa
Stark, Robin Stark dan Rickon Stark.
Anda akan mendapati alur cerita yang disajikan menjadi sangat berbeda
dari alur cerita diawal, John Snow bersekutu dengan para Wildling untuk merebut
kembali winterfell yang notabene semua clan penghuni benua Westeros tidak
pernah merestui perdamaian dengan para wildling yang sebelumnya hanya tinggal
diutara benteng dan bertahan dari ganasnya musim dingin dan serangan white
walker. Daeneryes Targaryen the Mother Of Dragon mengumpulkan kekuatan di benua
essos untuk merebut king’s landing dari keluarga Lannister, sedangkan keluarga
lannister berusaha memperkuat posisinya dikerajaan karena sekelompok agamawan
radikal mencoba mengusik ketenteraman kerajaan.
Sebenarnya diantara film local dengan film-film produksi Hollywood tidak
ada yang lebih istimewa, setiap film punya kekuatan alur ceritanya
masing-masing, hanya karena bahasa inggris merupakan bahasa yang mendominasi dunia
perfilman, membuat film Hollywood dianggap lebih keren dari film apapun,
ditambah citra keren dan jantan lebih dulu diperkenalkan oleh wajah-wajah orang
bule, untungnya wajah unyu-unyu masih didominasi oleh orang korea jadi
muka-muka Indonesia tertentu masih punya kesempatan nebeng pengakuan unyu-unyu
karena merasa mirip dengan orang korea.
Harusnya kita semua berterima kasih kepada para ibu-ibu pecinta sinetron
karena mereka tidak terjebak pada konspirasi terselubung yang dibawa melalui
film, sehingga sinetron-sinetron Indonesia masih bisa tetap eksis sampai
sekarang. Bagi ibu-ibu tidak ada actor yang mampu menyaingi sosok Mat Solar
dalam memerankan karaktenya, sosok Didi Petet selalu menjadi suami idaman bagi
ibu-ibu apalagi Dedi Mizwar. Jadi jangan berani-berani membandingkan sosok John Snow didepan para ibu-ibu pecinta
sinetron, apalagi Soong Joong Ki,
kalian hanya akan mendapat bully dari mereka, tau kan bagaimana rasanya dibully
sama ibu-ibu, sakitt (sambil tunjuk dada).
Itu
semua selain dari para ibu-ibu pecinta sinetron karena karena memang sutradara-sutradara Indonesia
juga memiliki kemampuan menyajikan alur cerita yang menarik bagi orang-orang
yang tidak terjebak pada hegemoni film-film impor. Jadi ini murni persoalan
kepiawaian seorang sutradara meracik alur cerita untuk membuat penonton
terhipnotis dengan apa yang dia sajikan. Karena kesuksesan film sangat
bergantung dari tingkat penerimaan masyarakat dan bukan hanya game of thrones
yang mampu memperlihatkan contoh film yang dianggap sukses, tapi
sinetron-sinetron yang disajikan oleh sutradara-sutradara local juga mampu
memperlihatkan contoh-contoh sinetron yang sukses anggaplah tukang bubur naik
haji, emak ijah pengen kemekah, preman pensiun, tukang ojek, tujuh manusia
harimau, ganteng-ganteng serigala, dan yang terbaru anak jalanan, meskipun
hanya sebatas wilayah Indonesia saja.
0 comments:
Post a Comment