"Sekolah itu sudah mati", begitu yang saya kutip dari
buku. Mengapa? Seperti kenyataan yang kita lihat sekarang, sekolah bukan lagi
jati dirinya, sekolah sudah tidak lagi menjalankan fungsi yang semestinya. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa, "sekolah itu seperti sebuah tempat teduh dan sumber air
ditempat yang kering kerontang tempat melepas lelah dan dahaga". Sekolah menurut saya tempat dimana
orang-orang itu menyalurkan bakat dan tempat untuk mencari atau memuaskan rasa
ingin tahunya agar tidak tersimpan sia-sia.
Namun, kenyataan yang kita lihat, sistem pendidikan
yang bertolak belakang dengan kenyataan sehari-hari, dimana kita/ siswa
difokuskan untuk belajar saja dengan mata pelajaran yang sudah disusun
sedekimian mungkin, dan dijauhkan dari permasalahan masyarakat sekitar. Tidak
heran kalau hasil lulusan dari sekolah itu tidak berkualitas karena mereka
tidak berkembang, bukannya mengasah kemampuan, meningkatkan daya nalar, siswa
malah disuapi dengan hal-hal yang telah dirancang oleh perencana pendidikan
yang dibungkus dalam berbagai macam istilah (contoh character building) sesuai keinginan mereka. Tidak adanya kebebasan
berpikir yang ada malahan keseragaman pikiran.
Seperti yang saya baca, dibuku ini diterangkan
adanya “kekuasaan” lain diatas sekolah ini, dimaa mereka mengatur metodologi
pelajaran dan teknisnya dengan pembaharuan dengan menggunakan teknologi modern
yang sebenarnya tidak menghasilkan perubahan pada lulusan sekolah. Nyatanya
kualitas yang dihasilkan anjlok. Buktinya setelah sekolah kurang lebih 12 tahun,
masih banyak orang yang tetap mengikuti kursus2 untuk masuk diperguruan tinggi,
bukankah dengan sekolah itu cukup? Bukankah itu tujuan dari sekolah itu
sendiri? Seharusnya kan dengan umur
bersekolah selama itu setidaknya kita tidak perlu lagi mengikuti kursus2
tersebut, disinilah juga salah satu bukti ketidakefisienan sistem pendidikan
kita. Coba ditanyakan, pada lulusan2 sekolah berapa banyak yang mereka mengerti
selama disekolah? Berapa banyak yang mereka tahu?
Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor dengan
anggaran yang tinggi, dengan anggaran seperti itu tentunya cukup untuk
meningkatkan taraf sekolah kita menjadi lebih baik, namun tidak lepas adanya
koruptor. Pengelolaan dana ini sebenarnya yang menjadi masalah bukan karena
tidak cukupnya dana.
Bagaimanakah ini sekolah? Seperti salah satu kasus,
ada orang yang bersekolah tinggi-tinggi toh kembali ke kampungnya dan tidak
mengalami perubahan, dan kembali menjadi petani, hal ini menyebabkan orang
lainnya berpikir apa gunanya sekolah jika pada nantinya saya juga akan menjadi
petani? Kenapa tidak dari sekarang saja saya memulainya...
Oleh: Dina Rezky Amaliah
0 comments:
Post a Comment