Friday, October 28, 2016

"Sekolah itu sudah mati", begitu yang saya kutip dari buku. Mengapa? Seperti kenyataan yang kita lihat sekarang, sekolah bukan lagi jati dirinya, sekolah sudah tidak lagi menjalankan fungsi yang semestinya. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa, "sekolah itu seperti sebuah tempat teduh dan sumber air ditempat yang kering kerontang tempat melepas lelah dan dahaga".  Sekolah menurut saya tempat dimana orang-orang itu menyalurkan bakat dan tempat untuk mencari atau memuaskan rasa ingin tahunya agar tidak tersimpan sia-sia.

Namun, kenyataan yang kita lihat, sistem pendidikan yang bertolak belakang dengan kenyataan sehari-hari, dimana kita/ siswa difokuskan untuk belajar saja dengan mata pelajaran yang sudah disusun sedekimian mungkin, dan dijauhkan dari permasalahan masyarakat sekitar. Tidak heran kalau hasil lulusan dari sekolah itu tidak berkualitas karena mereka tidak berkembang, bukannya mengasah kemampuan, meningkatkan daya nalar, siswa malah disuapi dengan hal-hal yang telah dirancang oleh perencana pendidikan yang dibungkus dalam berbagai macam istilah (contoh character building) sesuai keinginan mereka. Tidak adanya kebebasan berpikir yang ada malahan keseragaman pikiran.

Seperti yang saya baca, dibuku ini diterangkan adanya “kekuasaan” lain diatas sekolah ini, dimaa mereka mengatur metodologi pelajaran dan teknisnya dengan pembaharuan dengan menggunakan teknologi modern yang sebenarnya tidak menghasilkan perubahan pada lulusan sekolah. Nyatanya kualitas yang dihasilkan anjlok. Buktinya setelah sekolah kurang lebih 12 tahun, masih banyak orang yang tetap mengikuti kursus2 untuk masuk diperguruan tinggi, bukankah dengan sekolah itu cukup? Bukankah itu tujuan dari sekolah itu sendiri?  Seharusnya kan dengan umur bersekolah selama itu setidaknya kita tidak perlu lagi mengikuti kursus2 tersebut, disinilah juga salah satu bukti ketidakefisienan sistem pendidikan kita. Coba ditanyakan, pada lulusan2 sekolah berapa banyak yang mereka mengerti selama disekolah? Berapa banyak yang mereka tahu?

Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor dengan anggaran yang tinggi, dengan anggaran seperti itu tentunya cukup untuk meningkatkan taraf sekolah kita menjadi lebih baik, namun tidak lepas adanya koruptor. Pengelolaan dana ini sebenarnya yang menjadi masalah bukan karena tidak cukupnya dana.

Bagaimanakah ini sekolah? Seperti salah satu kasus, ada orang yang bersekolah tinggi-tinggi toh kembali ke kampungnya dan tidak mengalami perubahan, dan kembali menjadi petani, hal ini menyebabkan orang lainnya berpikir apa gunanya sekolah jika pada nantinya saya juga akan menjadi petani? Kenapa tidak dari sekarang saja saya memulainya...

Masyarakat sendiri memiliki stigma sekolah yang sangat kental yaitu sekolah merupakan tempat menuntut ilmu  dengan berbagai jenjang, akreditas, dan lulusa bergelar/ sarjana. Sekolah tidak perlu seperti itu, sekolah tidak menggunakan batasan2 jenjang dan akreditas, sekolah tidak mempersempit ruang gerak dan wawasan kita.

Oleh: Dina Rezky Amaliah

0 comments: